Kisah Dusta Terhadap Tsa’labah Radhiyallahu ‘Anhu

Kisah sahabat bernama Tsa’labah bin Hathib Al Anshary radhiyallahu ‘anhu sebagai sahabat miskin yang didoakan Nabi ﷺ  menjadi kaya raya kemudian menolak membayar zakat, sudah sangat terkenal.

Banyak ulama yang menjelaskan bahwa kisah tersebut merupakan kisah yang sangat lemah dari sisi periwayatan.

Dari sisi kandungan kisah, ada sejumlah hal yang bertentangan dengan prinsip yang telah disepakati oleh para ulama sebagai persoalan yang fundamental dalam ajaran Islam.

Belum lagi fakta bahwa Tsa’labah bin Hathib al Anshari radhiyalllahu ‘anhu adalah sahabat agung  yang ikut perang Badar dan gugur syahid dalam perang Uhud.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini rincian penjelasan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah tentang hakikat kisah Tsa’labah bin Hathib Al Anshary.

Kisah Tsa’labah bin Hathib Al Anshari

Kisah Shahabat Tsa'labah peternak kambing zaman nabi
Sumber: https://unsplash.com/photos/7pjSb0ig2uA

Allah Ta’ala berfirman:

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ

“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia­-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.”  [At Taubah: 75]

Banyak Ahli Tafsir menyebutkan sebab turunnya ayat ini adalah kisah yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani di dalam Al Kabir dan Ibnu Jarir di dalam tafsirnya dan selain keduanya, dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Tsa’labah bin Hathib Al Anshary mendatangi Rasulullah ﷺ kemudian berkata:

“Ya Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar Allah memberi rezeki harta kepadaku.”

Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, “Celaka engkau wahai Tsa’labah! Sedikit yang engkau syukuri itu lebih baik dari harta banyak yang engkau tidak sanggup mensyukurinya.”

Kemudian Tsa’labah kembali kepadanya (di lain waktu), dan berkata, “Ya Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar Allah memberi rezeki harta kepadaku.”  

Rasulullah ﷺ  bersabda, “Engkau ingin menjadi seperti Rasulullah ﷺ ? Demi Allah, seandainya aku meminta agar gunung-gunung mengalirkan emas dan perak untukku, niscaya akan mengalir. ”

Kemudian Tsa’labah kembali lagi (di lain kesempatan) dan berkata, “ Ya Rasulullah! berdoalah kepada Allah agar Allah memberi rezeki harta kepadaku. Demi Allah, seandainya  Allah mengaruniaku harta sungguh aku akan memenuhi hak  setiap yang berhak menerimanya.”

Lalu Rasulullah ﷺ berdo’a, “Ya Allah, karuniakanlah rezeki harta kepada Tsa’labah.” Kemudian ia mendapatkan seekor kambing, lalu kambing itu beranak pinak, sebagaimana tumbuhnya ulat, sehingga lorong-lorong Kota Madinah terasa sempit bagi kambingnya.

Sesudah itu, Tsa’labah menyingkir dengan kambingnya. Dia dahulu menghadiri shalat bersama Rasulullah ﷺ . Setelah itu, dia masih keluar menuju shalat berjamaah.

Kemudian kambing itu semakin banyak sehingga padang rumput di Madinah tidak cukup baginya lalu dia menyingkir dengan kambingnya.

Dahulu dia shalat Jumat bersama Rasulullah ﷺ  lalu setelah itu dia masih keluar shalat jumat. Kemudian kambingnya semakin banyak dan dia menyingkir dengan kambingnya (tinggal di tempat yang semakin jauh, pent). Dia kemudian meninggalkan shalat Jum’at dan shalat jamaah.

Dia bertemu dengan para pengendara  dan bertanya kepada mereka, ”Kalian membawa berita apa?” dan bertanya tentang urusan orang banyak.

Maka Allah ‘azza wa Jalla menurunkan wahyu kepada Rasul-Nya ﷺ:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [At Taubah: 103]

Maka Rasulullah ﷺ menugaskan dua orang untuk mengambil zakat. Satu orang dari Anshar dan yang satu lagi dari Bani Sulaim.

Rasulullah ﷺ  menulis untuk keduanya ketentuan zakat dan bagian-bagiannya dan memerintah mereka berdua agar berbuat jujur kepada manusia dan agar mendatangi Tsa’labah untuk mengambil zakat hartanya.

Lalu keduanya melakukan tugas tersebut sampai  mendatangi Tsa’labah. Sesampainya di sana dibacakan surat dari Rasulullah ﷺ .  Tsa’labah berkata, “Demi Allah,  Apa yang kalian minta dari saya ini hanyalah beban jizyah !”

Lalu keduanya pulang dan menghadap Rasulullah ﷺ. Allah ‘Azza wa jalla menurunkan firman-Nya:

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ (75) فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ (76) فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ(77)

“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia­-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.”

Maka setelah Allah memberi­kan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).

Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.” (QS. At Taubah : 75-77)

Seorang lelaki Anshar dari kalangan kerabat Tsa’labah  menaiki tunggangannya dan mendatangi Tsa’labah, lalu berkata kepadanya, ‘Celakalah engkau, ya Tsa’labah. Binasalah kamu. Allah Azza wa Jalla telah menurunkan wahyu Al quran  mengenai dirimu demikian.”

Tsa’labah datang kepada Nabi  ﷺ, ia menaruh debu di atas kepalanya dalam keadaan menangis dan berkata, ”Ya Rasulullah. Ya Rasulullah (terimalah zakatku).”

Rasulullah ﷺ  tidak mau menerima zakat darinya hingga Rasulullah ﷺ wafat. Kemudian dia mendatangi Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu setelah Rasulullah ﷺ .

Tsa’labah berkata, ” Wahai Abu Bakar! Anda telah mengetahui posisiku di tengah kaumku dan kedudukanku  dari Rasulullah ﷺ . Terimalah zakatku. Abu Bakar menolak untuk menerimanya.

Kemudian mendatangi Umar radhiyallahu ‘anhu (di masa Umar menjadi Khalifah) dan Umar menolak untuk menerima zakatnya.

Kemudian Tsa’labah mendatangi Utsman radhiyallahu ‘anhu dan Utsman menolak zakatnya.  Tsa’labah wafat pada masa kekhilafahan Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu.”[i]

Baca juga: Kisah Masuk Islam Karena Kambing

Penjelasan Para Ulama Tentang Kisah Tsa’labah Dusta / Bathil

Penjelasan Ulama Tentang Kisah Tsa'labah Yang tidak mau membayar zakat
Sumber gambar: https://unsplash.com/photos/MwayJLZOVR8

Berikut penjelasan para ulama’ bahwa kisah tentang Tsa’labah adalah kisah dusta.

1. Markazul Fatwa yang dipimpin oleh Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih Asy Syinqithy

“Kisah ini tidak benar selama-lamanya. Para Imam (ahli ilmu) telah menyatakan dha’ifnya riwayat tersebut meski terkenal di kalangan para Ahli tafsir.

Al Qurthubi dalam tafsirnya berkata, ”Saya katakan bahwa Tsa’labah adalah Ahli Badar (ikut dalam perang Badar) dari sahabat Anshar. Dia termasuk sahabat yang dipersaksikan oleh Allah dan Rasul-Nya tentang keimanannya, sesuai dengan penjelasan yang akan disampaikan di awal surat Al Mumtahanah. Maka apa yang diriwayatkan mengenai dirinya ini adalah tidak benar.”

Abu Umar Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata, ”Perkataan orang mengenai Tsa’labah bahwa dia menolak membayar zakat yang turun ayat mengenai dirinya adalah perkataan yang tidak benar.”

Ibnu Hazm berkata di dalam kitab Al Muhalla, ”Kami telah menerima riwayat atsar yang tidak shahih. Di dalam atsar tersebut disebutkan bahwa ayat (At Taubah 75, pent) itu diturunkan mengenai Tsa’labah bin Hathib. Ini bathil karena Tsa’labah itu Ahli Badar yang dikenal.”

Al Munawi di dalam kitab Faidhul Qâdir berkata, ”Al Baihaqi berkata: ‘Di dalam isnad hadits ini ada cacat dan itu terkenal di kalangan ahli tafsir.”

Al Hafizh Al ‘Iraqy berkata di dalam Takhrîju Ahâdîtsil Ahyâ’, “Ath Thabrani meriwayatkan hadits ini dengan sanad dha’if.”

Syaikh Muhammad bin Thahir dalam Tadzkiratul Maudhu’ât berkata, ” Hadits dha’if.”

Al Albani berkata di dalam As-Silsilah Adh Dha’ifah, ” Sangat dha’if (lemah sekali).”

Al Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Takhriju Ahâdîtsil Kasyâf, ” Hadits ini isnadnya lemah sekali. Kisah ini juga dilemahkan oleh Adz Dzahabi di dalam Mîzanul I’tidâl dan As Suyuthi di dalam Asbâbun Nuzûl, dan ulama selain mereka.”

Pendapat yang rajih (kuat) mengenai tafsir ayat tersebut adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Hajar:

“Sesungguhnya Ibnu Wahab berkata,’ Ibnu Zaid berkata tentang firman Allah Ta’ala:

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ

 “Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia­-Nya kepada kami,…” [At Taubah: 75]

Mereka itu adalah sekelompok orang munafik. Ketika mereka dikarunia harta berlimpah mereka bersikap bakhil, maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, tidak ada taubat buat mereka dari Allah, tidak pula ampunan dan maaf. Ini sebagaimana Iblis ketika Allah mencegah Iblis dari taubat.” Wallahu a’lam.[ii]

2. Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’

Al Lajnah Ad Daimah ditanya apakah kisah Tsa’labah dan turunnya ayat:

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ….

 [At -Taubah: 75] itu shahih?

Jawabannya:

Riwayat yang ada tentang sebab turunnya:

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ….

[ At Taubah: 75]

bahwa itu adalah Tsa’labah bin Hathib adalah tidak shahih sanadnya.

Tsa’labah bin Hathib adalah shahabat dari kalangan Anshar  dan termasuk yang ikut perang Badar, mati syahid pada Perang Uhud sebagaimana telah diteliti oleh sekelompok Ahli Ilmu, di antaranya adalah Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah Ta’ala.

Wa Billahit taufiq. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala Alihi wa shahbihi wa sallam.”

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Ali Asy-Syaikh

Syaikh Abdullah bin Gudayyan

Syaikh Shalih Al Fauzan

Syaikh Bakar Abu Zaid

[Fatawa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’, 26/49][iii]

3. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata mengenai firman Allah Ta’ala:

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ….

[At Taubah: 75]

Ayat ini turun untuk menjelaskan keadaan sebagian orang munafik.

Adapun kisah yang masyhur bahwa ayat tersebut turun berkaitan dengan Tsa’labah bin Hathib dalam kisah yang panjang yang disebutkan oleh banyak mufasir dan dipopulerkan oleh para penceramah, maka itu dha’if, tidak shahih riwayatnya.

Kisah itu menyelisihi ajaran yang telah diketahui secara pasti oleh orang awam maupun ulama merupakan bagian dari Islam yaitu bahwa Allah menerima taubat orang yang bertaubat dari dosa apa pun. [dari Kitab Syarh Risalah Ushul fi Tafsir][iv]

4. Dr. ‘Aidh Al Qarni

Dalam sebuah ceramah panjang tentang kisah-kisah dusta (Qashash Makdzubah) Dr. ‘Aidh Al Qarni menceritakan kisah Tsa’labah ini kemudian berkata:

“Ini kisah dusta. Sesungguhnya jalur periwayatannya (isnadnya) maudhu’ (palsu) dan kisah ini menyelisihi nash-nash Al Quran dan As Sunnah.

Allah Ta’ala berfirman:

فَإِن تَابُوا۟ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ فَخَلُّوا۟ سَبِيلَهُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.”

[At Taubah: 5]

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” [Ali Imran: 135]

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Az Zumar: 53]

Siapa saja yang melakukan dosa kemudian bertaubat, Allah akan menerima taubatnya.

Orang yang melakukan kesyirikan, dia orang musyrik, apabila  dia bertaubat, Allah menerima taubatnya. Lantas  bagaimana dengan orang yang menolak membayar zakat?

Oleh karena inilah, sesungguhnya kisah ini batil, tidak dibenarkan untuk diriwayatkan kecuali dalam konteks untuk memperingatkan.”[v]

Dari penjelasan para ulama di atas, bisa dipertegas di sini bahwa kisah Tsa’labah bin Hathib Al-Anshary radhiyallahu ‘anhu sebagai sahabat yang miskin kemudian kaya dan tidak mau membayar zakat bahkan sampai ada yang berani menyebut dia termasuk orang munafik itu merupakan kisah yang tidak benar.

Tidak benar dari segi riwayat hadits maupun matan (isi) haditsnya. Dari segi riwayat hadits sudah ditegaskan tentang sangat lemahnya jalur periwayatan hadits tersebut.

Dari segi matan, ada kandungan yang bertentangan dengan prinsip Islam yang telah disepakati oleh seluruh ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah tentang diterimanya taubat setiap orang yang melakukan dosa walaupun itu kemusyrikan, selama belum sakaratul maut dengan taubat yang tulus ikhlas karena Allah.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang belum mengetahui kebenaran kisah ini. Apabila ada kebenaran dalam tulisan ini maka itu semata karena rahmat Allah Ta’ala.

Apabila ada kekeliruan dan penyimpangan, maka itu dari kami dan dari setan. Allah dan Rasul-Nya berlepas diri darinya.

Tulisan Kisah Dusta Tsa’labah pertama kali diunggah pada 21 Juni 2021


[i] Lihat: https://www.islamweb.net/ar/fatwa/15817/

[ii] Lihat: https://www.islamweb.net/ar/fatwa/15817/

[iii]https://islamqa.info/ar/answers/105475/%D9%82%D8%B5%D8%A9%D8%AB%D8%B9%D9%84%D8%A8%D8%A9%D8%AD%D9%85%D8%A7%D9%85%D8%A9%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%B3%D8%AC%D8%AF%D8%BA%D9%8

[iv] ibid

[v] https://audio.islamweb.net/audio/index.php?page=FullContent&audioid=19660

Leave a Comment