Arti Laulal ‘Ilmu Lakaanannas Kal Bahaaim

Mahfuzhat Laulal ‘Ilmu Lakaanannas Kal Bahaaim adalah salah satu Mahfudzat tentang ilmu.

Mahfudzat ini artinya Kalau Bukan Karena Ilmu Niscaya Manusia Akan Seperti Binatang. Berikut ulasan lengkap Laulal ‘Ilmu Lakaanannas Kal Bahaaim.

Tulisan Arab Laulal ‘Ilmu Lakaanannas Kal Bahaaim

لَوْلَا العِلْمُ لَكَانَ النَّاسُ كَالبَهَائِمِ

Laulal ‘ilmu lakaanannaasu kal bahaaim

Arti Laulal ‘Ilmu Lakaanannas Kal Bahaaim

Artinya:

Kalau bukan karena ilmu manusia benar-benar akan seperti binatang.”

Penjelasan Kalau Bukan Karena Ilmu Niscaya Manusia Seperti Binatang

kalau bukan karena ilmu niscaya manusia seperti binatang bahasa arab
kalau bukan karena ilmu niscaya manusia seperti binatang bahasa arab

Pelajaran mahfuzhat kali membahas tentang urgensi ilmu bagi manusia. Terutama ilmu tentang al-Quran dan as-Sunnah. Ilmu tentang ayat-ayat Allah Ta’ala dan sunnah Rasul-Nya ﷺ .

Ilmu yang dimaksud tentunya yang paling utama adalah wahyu Allah Ta’ala, yaitu al-Quran.

Kalau manusia hidup tanpa bimbingan wahyu, tanpa arahan wahyu, tanpa penerangan wahyu, maka mereka akan berjalan dalam hidup ini berdasarkan hawa nafsu dan naluri mereka.

Sedangkan ilmu-ilmu semacam ilmu sosial dan ilmu pengetahuan alam, ilmu geologi dan geofisika itu memang termasuk ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan umat manusia.

Namun tidak secara otomatis orang yang tidak memiliki ilmu-ilmu tersebut kemudian dia akan menjadi seperti binatang.

Lain halnya dengan orang yang tidak ada ilmu sama sekali tentang al-Quran sedikit pun.

Orang-orang yang tidak mau beriman kepada ayat-ayat al-Quran, tidak mau memperhatikan ayat-ayat Allah baik yang ada dalam kitab al-Quran atau yang ada di alam semesta ini, tidak mau tunduk dan patuh kepada Allah Ta’ala maka mereka itu oleh Allah Ta’ala disamakan dengan binatang ternak bahkan lebih buruk lagi.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. [Al-A’raf: 179]

Allah Ta’ala menegaskan bahwa Wahyu Allah Ta’ala itu merupakan cahaya yang menuntun umat manusia di dunia ini agar tidak hidup dalam gelapnya hawa nafsu dan terperangkap dalam jerat-jerat setan yang sangat halus yang bisa menyesatkan kehidupannya.

وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. [Asy-Syura: 52]

Allah menyebut al-Quran di sini sebagai cahaya. Cahaya yang menjadi alat penerang bagi umat manusia dalam kehidupan ini. Guru Imam Syafi’i rahimahullah yang bernama Waki’ menyebut ilmu sebagai cahaya.

Imam Syafi’i berkata, ”Aku mengadu kepada Waki’ tentang buruknya ingatanku. Maka beliau meberi arahan kepadaku agar aku meninggalkan maksiat. Beliau juga memberitahuku bahwa ilmu itu cahaya. Dan cahaya Allah itu tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat.”

Wahyu itu ada dua macam. Pertama wahyu berupa Al-Quran al-Karim dan wahyu berupa hadits Nabi ﷺ yang berfungsi menafsirkan dan menjelaskan maksud-maksud ayat dalam al-Quran.

Rasulullah ﷺ bersabda,

ألا إنِّي أوتيتُ الكتابَ ومثلَهُ معهُ

“Ketahuilah! Sesungguhnya aku diberi al-Kitab dan yang semisalnya bersamanya.” [Hadits shahih riwayat Abu Dawud di dalam Shahih Abu Dawud no. 4604]

Dalam Al-Quran Allah Ta’ala juga menegaskan bahwa sabda Rasulullah ﷺ itu adalah wahyu, bukan berasal dari hawa nafsunya. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْلاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهُ لَهَمَّت طَّآئِفَةٌ مُّنْهُمْ أَن يُضِلُّوكَ وَمَا يُضِلُّونَ إِلاُّ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَضُرُّونَكَ مِن شَيْءٍ وَأَنزَلَ اللّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ وَكَانَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكَ عَظِيماً -١١٣-

Dan kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu (Muhammad), tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka hanya menyesatkan dirinya sendiri, dan tidak membahayakanmu sedikit pun. Dan (juga karena) Allah telah Menurunkan Kitab (al-Quran) dan Hikmah (Sunnah) kepadamu, dan telah Mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar. [An-Nisa’: 113]

Manusia tanpa bimbingan al-Quran dan as-Sunnah maka akan tersesat jalan hidupnya.

Kehidupannya tidak berbeda dengan kehidupan binatang yang hanya menuruti hawa nafsu dan setan serta tidak mengenal adab yang tinggi dan akhlak yang mulia.

Dari sini bisa dipahami peran sentral para ulama sebagai orang yang paling paham dengan al-Quran dan as-Sunnah.

Mereka inilah yang memiliki kemampuan menerangi jalan kehidupan umat manusia dengan menjelaskan makna-makna wahyu Allah dan sabda Nabi-Nya ﷺ dengan benar dan jelas.

Tanpa perantaraan mereka, kita akan kebingungan dalam memahami wahyu Allah dan Sunnah rasul-Nya ﷺ .

Itulah sebabnya al-Hasan Al-Bashri rahimahullah, seorang ulama besar dari kalangan Tabi’in mengatakan,

لولا العلماءُ لكان الناس كالبهائم

“Kalau bukan karena ulama maka manusia akan seperti binatang.”

Ungkapan ini selaras dengan mafuzhat tadi yang menyatakan kalau bukan karena ilmu niscaya manusia akan seperti binatang.

Ulama menerangkan ilmu yang berkaitan dengan al-Quran dan as-Sunnah. Dengan demikian bisa pula dikatakan bahwa ilmu yang dimaksud di sini adalah imu agama. Bukan ilmu dunia.

Salah seorang ulama besar Tabi’in bernama Muhammad bin Sirrin pernah memperingatkan kaum Muslimin agar tidak sembarang orang diambil ilmunya. Beliau berkata,

 إِنَّ هَذَا اْلعِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ دِيْنَكُمْ

“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Maka perhatikanlah darimana kamu mengambil agamamu.”

Bila demikian halnya maka tepatlah bila dikatakan kalau bukan karena ilmu manusia akan seperti binatang. Karena ilmu yang dimaksud adalah al-Quran dan As-Sunnah.

Dua sumber agama Islam. Tanpa tuntunan Islam maka manusia akan tersesat jalan hidupnya. Mereka akan hidup seperti binatang yang hanya mengikuti hawa nafsu dan tidak pernah mengikuti wahyu. Wallahu a’lam.

Tulisan Laulal ‘Ilmu Lakaanannas Kal Bahaaim pertama kali diunggah pada 11 November 2021

Leave a Comment