Khoirul Ashab Man Yadulluka ‘Alal Khoir Artinya

Mahfudzhat Khoirul Ashab man yadulluka ‘alal khoir adalah salah satu kata mutiara tentang persahabatan. Pelajaran Mahfuzhat kali ini adalah tentang ukuran teman terbaik buat seseorang.

Pengetahuan tentang masalah ini sangat penting karena seorang teman atau sahabat dekat itu memiliki pengaruh besar terhadap kualitas beragama seseorang.

Lalu, apa arti Khoirul Ashab Man Yadulluka ‘Alal Khoir? Bagaimana penjelasannya? Berikut ulasan selengkapnya

Tulisan Khoirul Ashab Man Yadulluka ‘Alal Khoir

خَيْرُ الأَصْحَابِ مَنْ يَدُلُّكَ عَلىَ الخَيْرِ

Khairul Ashaab man yadulluka ‘alal khair

Arti Khoirul Ashab Man Yadulluka ‘Alal Khoir

Sebaik-baik teman adalah yang menunjukkanmu kepada kebaikan.

خَيْرُSebaik-baik
الأَصْحَابِteman (sahabat)
مَنْadalah (siapa)
يَدُلُّكَyang menunjukkanmu
عَلىَkepada
الخَيْرِkebaikan

Baca juga: Penjelasan Man Qolla Shidquhu Qolla Shodiquhu

“Siapa yang sedikit kejujurannya maka sedikit pula temannya.”

Penjelasan Khoirul Ashab Man Yadulluka ‘Alal Khoir

Tulisan arab Khoirul Ashab Man Yadulluka 'Alal Khoir yang benar

Rasulullah ﷺ tegas menyatakan bahwa teman memiliki pengaruh terhadap seseorang. Pengaruh baik bila teman itu baik dan pengaruh buruk bila teman itu buruk.

Rasulullah ﷺ bersabda,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

Perumpaman teman yang baik dan teman yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup al-Kiir (alat yang dipakai pandai besi). Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan, bisa jadi engkau mendapatkan bau harum darinya.

Sedangkan peniup al-Kiir, bisa jadi membakar pakaianmu, dan bisa jadi juga kamu mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” [Hadits riwayat Al- Bukhari 5534 dan Muslim 2628]

Bahkan Nabi ﷺ tegas memerintahkan agar kita hanya berteman dengan orang-orang yang beriman dengan sabdanya,

 لا تُصاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا ، ولا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ

“Janganlah kamu bersahabat kecuali dengan orang mukmin dan janganlah memakan makanannmu kecuali orang bertakwa.” [Hadits riwayat Abu Dawud dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Abu Dawud no. 4832]

Hadits ini merupakan arahan dan bimbingan nabawi bagi siapa saja yang menginginkan keselamatan dirinya, keluarganya, dan hubungannya dengan orang lain.

Maksud sabda Nabi ﷺ “Janganlah kamu bersahabat kecuali dengan orang mukmin” adalah janganlah menjadikan teman atau sahabat kecuali dari kalangan orang-orang beriman karena orang-orang beriman itu akan menunjukkan temannya kepada iman, petunjuk dan kebaikan.

Dan orang beriman itu akan menjadi penolong bagi sahabatnya. Adapun selain orang beriman maka akan menimbulkan madharat kepada temannya.

Sedangkan maksud dari sabda Nabi ﷺ “Janganlah memakan makananmu kecuali orang bertakwa” adalah kamu jangan mengundang untuk makan-makan di rumahmu kecuali orang-orang yang bertakwa.

Baca juga: Penjelasan Jaalis Ahlas Shidqi Wal Wafai

“Bertemanlah atau bergaullah dengan orang-orang yang jujur dan setia pada janji.”

Sesungguhnya orang bertakwa itu akan menggunakan kekuatan yang dihasilkan dari memakan makananmu untuk mentaati Allah.

Bila dia memasuki rumahmu dia tidak akan mencari-cari kekuranganmu. Bila dia melihat sesuatu (yang kurang baik di dalam rumah) maka dia akan menutupinya untukmu.

Adapun bila yang diundang adalah orang-orang yang tidak bertakwa, orang-orang yang fasik, para pelaku dosa besar, maka keadaannya akan berkebalikan dengan tadi.

Sesungguhnya memberikan makanan itu akan melahirkan saling bersikap ramah, mengasihi dan bersikap lembut. Hal itu semestinya untuk orang-orang mukmin yang shalih.

Dari hadits ini bisa diambil dua pelajaran yaitu:

  1. Larangan menjadikan orang-orang fasik menjadi sahabat dan perintah untuk menjadikan orang-orang yang beriman dan bertakwa sebagai teman.
  2. Larangan mengundang orang-orang fasik ke acara makan-makan (di rumah kita) dan perintah untuk mengundang orang-orang shalih ke acara makan-makan (di rumah kita).[i]

Jadi memang benar mahfuzhat tersebut. Sebaik-baik teman adalah yang menunjukkanmu kepada kebaikan.

Teman yang yang akan menunjukkan kepada kebaikan hanyalah dari kalangan orang beriman yang benar-benar taat, bukan orang yang beriman pada lisannya saja namun banyak berbuat dosa besar.

Bila ketentuan yang telah ditegaskan Nabi ﷺ tersebut dilanggar, maka akan muncul masalah besar, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.

Betapa sering kita mendengar kasus seorang wanita dibunuh pacarnya sendiri, seorang anggota geng dibunuh kelompoknya sendiri.

Orang baik yang nongkrong di tempat orang-orang yang tidak baik, akan terkena dampaknya. Salah satunya, menjadi sasaran serangan orang-orang yang ada perseteruan dengan orang-orang pendosa tersebut.

Bahkan, ada juga yang sampai pada tingkat kehilangan nyawa tanpa ada kesalahan apa pun. Kesalahannya hanyalah berteman dengan para pendosa tersebut.

Berapa banyak remaja yang rajin ke masjid waktu kecilnya kemudian berubah 180 derajat setelah bergaul dengan orang-orang bejat di masa remaja.

Akhirnya tidak pernah shalat dan menjadi pemabuk atau pecandu narkoba dan menjadi penganut pergaulan bebas yang tidak mengenal halal dan haram.

Yang diikuti hanyalah apa yang mejadi kecenderungan nafsunya. Teman yang buruk itu akan menjadi sumber penyesalan di akhirat nanti.

Allah Ta’ala berfirman,

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا

يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا

لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”.

Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku).

Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia. [Al-Furqan: 27-29]

Apa yang Allah firmankan pasti terjadi diakhirat nanti. Di dunia saja sudah banyak orang yang menyesal bergaul dengan orang yang dulu dia senangi, namun ternyata berhati iblis.

Kesalahannya adalah sejak awal tidak mengikuti petunjuk Nabi ﷺ dalam memilih teman yaitu, carilah orang yang beriman dan bertakwa sebagai teman.

Teman semacam ini tidak akan mengajak kecuali kepada kebaikan dan akan mengingatkan dari keburukan.

Pertemanan dengan orang bertakwa akan terus berlanjut hingga di akhirat nanti. sedangkan persahabatan dengan selain orang bertakwa akan berubah menjadi permusuhan di akhirat nanti.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. [Az-Zukhruf: 67]

Peringatan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala ini hendaknya menjadi pengingat bagi kita. Yakni, akan ada resiko besar yang akan menimpa orang-orang yang sembarangan berteman dengan orang lain.

Memilih teman, tanpa memilah dan menyeleksi berdasarkan kualitas iman dan takwanya.

Inilah kandungan pesan dari mahfuzhat sebaik-baik teman adalah yang menunjukkan kamu kepada kebaikan. Wallahu a’lam.

Tulisan Khoirul Ashab Man Yadulluka ‘Alal Khoir pertama kali diunggah pada 4 Agustus 2021


[i] https://www.dorar.net/hadith/sharh/62495

Leave a Comment