Arti Lan Tarji’al Ayyamul Lati Madhot

Lan Tarji’al Ayyamul Lati Madhot adalah salah satu mahfudzat tentang pentingnya waktu. Apa artinya? Lalu bagaimana penjelasannya?

Tulisan ini membahas makna dan kandungan Lan Tarji’al Ayyamul Lati Madhot

Tulisan Lan Tarji’al Ayyamul Lati Madhot

لَنْ تَرْجِعَ الأَيَّامُ الَّتِيْ مَضَتْ

Lan tarji’al ayyaamul lati madhat

Arti Lan Tarji’al Ayyamul Lati Madhot

Artinya:

Hari-hari yang telah berlalu tidak akan pernah kembali lagi.

Penjelasan Lan Tarji’al Ayyamul Lati Madhot

Pembahasan mahfuzhat kali ini adalah tentang tidak mungkinnya hari-hari yang telah berlalu itu untuk kembali lagi. Arah putaran jarum jam tidak mungkin bisa dibalik.

Mahfuzhat ini mengingatkan setiap orang agar memanfaatkan hari-hari dalam hidupnya dengan semaksimal mungkin.

Baik untuk menuntaskan berbagai tugas dan tanggung jawab, melakukan berbagai kebaikan, atau memberikan manfaat sebanyak mungkin kepada orang lain.

Bila seseorang lalai dengan persoalan pemanfaatan hari yang dilalui, maka yang terjadi hanyalah penyesalan belaka. Bila dalam urusan dunia saja penyesalan itu menyakitkan, maka untuk urusan akhirat akan berlipat ganda penyesalannya.

Setiap orang akan menyesal atas berlalunya waktu dan hari-hari yang telah lalu. Orang yang selalu berbuat kebaikan saja akan menyesal.

Terlebih, orang yang melewatkan harinya tanpa berbuat baik dan amal shaleh. Penyesalan ini akan dirasakan semua orang yang telah meninggal.

Sementara itu, tidak mungkin bagi seseorang kembali ke dunia untuk bekerja keras membawa bekal menuju perjalan abadi.

Baca juga: Arti Laa Tuakhir ‘Amalaka Ilal Ghodi (لاَ تُؤَخِّرْ عَمَلَكَ إِلىَ الغَدِ مَا تَقْدِرُ أَنْ تَعْمَلَهُ اليَوْمَ)

Tulisan Arab Lan Tarji'al Ayyamul Lati Madhot

Contoh Penyesalan Orang Kafir di Akhirat

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan keadaan orang kafir besok pada hari kiamat:

وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”. [As-Sajdah: 12]

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَآ أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَٰلِحًا غَيْرَ ٱلَّذِى كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ ٱلنَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا۟ فَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِن نَّصِيرٍ

Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”.

Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. [Al-Fathir: 37]

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ

لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),

agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan. [Al-Mukminun: 99-100]

وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ ۗ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ

Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: “Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul”.

(Kepada mereka dikatakan): “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? [Ibrahim: 44]

Ayat-ayat diatas adalah contoh penyesalan orang kafir. Sebenarnya penyesalan karena lalai untuk memanfaatkan hari-hari dalam hidup untuk berbekal semaksimal mungkin.

Di akhirat nanti, hal itu juga bisa di akhirat juga bisa menimpa seorang muslim yang teledor dan lalai akibat terlalu sibuk dan cinta dengan dunia.

Baca juga: Arti Al Waqtu Atsmanu Minadz Dzahabi (الوَقْتُ أَثْمَنُ مِنَ الذَّهَبِ)

Allah juga memperingatkan orang yang beriman

Allah Ta’ala berfirman mengingatkan potensi masalah ini,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Siapa saja yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”

Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. [Al-Munafiqun: 9-11]

Tidak ada sesuatu yang lebih menyakitkan daripada kelalaian yang dilakukan oleh diri sendiri.

Semua berakibat pada habisnya waktu atau kehilangan waktu serta kesempatan untuk melaksanakan kewajiban atau memperbanyak berbuat baik

Namun, itulah yang sering kali terjadi. Untuk mencegah hal itu, yang perlu dilakukan adalah senantiasa melakukan muhasabah atau evaluasi diri setiap hari atas capaian yang diperolehnya pada hari itu.

Seorang sahabat yang mulia, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Tidaklah aku menyesal atas sesuatu sebagaimana menyesalku atas hari yang telah berlalu bersamaan dengan tenggelamnya matahari, pada hari tersebut ajalku berkurang dan amalku tidak bertambah.” [i]

Ada hadits yang menyatakan:

 من استوى يوماه فهو مغبون، ومن كان يومه شراً من أمسه فهو ملعون

“Siapa yang dua harinya adalah sama keadaannya maka dia tertipu dan siapa yang harinya itu lebih buruk dari hari kemarin maka dia terlaknat.”

Ini bukanlah hadits yang shahih. Ini hadist hadits maudhu’ (palsu) sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Qari dalam kitabnya Al-Maudhu’at Al-Kubra. Imam Al-Qari mengatakan, “Hadits ini tidak dikenal kecuali dalam mimpi Ibnu Abi Ruwad.” [ii]

Meski hadits maudhu’ (hadits palsu), Kami tetap sengaja nukilkan di sini dari website Markaz Al-Fatwa Qatar yang berada di bawah bimbingan Syaikh Dr. Abdulah Faqih Asy-Syinqithi.

Tujuannya, sebagai pelurusan terhadap hadits palsu yang menyebar di tengah masyarakat luas dan dianggap sebagai hadits.

Mengingatkan orang banyak tentang pentingnya memanfaatkan hari-hari dengan ketaatan dan kebaikan memang penting, namun jangan dengan berdusta atas nama Rasulullah ﷺ. Kita harus berhati-hati dalam masalah ini.

Wallahu a’lam.

Tulisan Lan Tarji’al Ayyamul Lati Madhot pertama kali diunggah pada 30 Juli 2021


[i] Qimatuz Zaman ‘Indal Ulama’, Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah, hal. 27.

[ii] https://www.islamweb.net/ar/fatwa/

Leave a Comment