Setan adalah salah satu makhluk Allah Ta’ala yang sangat jahat terhadap umat manusia. Rasulullah ﷺ memberikan ibarat setan bagi manusia seperti serigala bagi kambing.
Ia merupakan predator manusia menuju jalan Allah Ta’ala yang lurus. Dia sangat memusuhi orang-orang beriman.
Dalam artikel ini akan dijelaskan tentang derajat hadits dan syarah dari hadits tersebut dari para ulama terpercaya. Dengan demikian diharapkan bisa didapatkan pemahaman yang benar tentang kandungan makna hadits tersebut.
Hadits Tentang Setan itu Serigala Bagi Manusia Seperti Serigala Bagi Kambing
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّيْطَانَ ذِئْبُ الْإِنْسَانِ كَذِئْبِ الْغَنَمِ يَأْخُذُ الشَّاةَ الْقَاصِيَةَ وَالنَّاحِيَةَ وَإِيَّاكُمْ وَالشِّعَابَ وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَالْعَامَّةِ
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah ﷺ:
“Sesungguhnya setan itu serigala bagi manusia sebagaimana serigala bagi kambing. Serigala menerkam kambing yang memisahkan diri dari kawanannya dan menyendiri. Janganlah kalian memisahkan diri dari jamaah dan hendaklah kalian bersama Jamaah dan orang terbanyak (dari kalangan orang mukmin).” [Hadits riwayat Ahmad di dalam Musnadnya no. 21091][i]
Keterangan Tentang Derajat Hadits
Muhaqqiq Musnad Ahmad mengatakan hadits ini hasan lighairihi[ii] namun hadits ini Munqhati’ (sanadnya terputus).
Hadits ini memiliki penguat dari hadits Abu Darda’ yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Ma’dan bin Abi Thalhah Al Ya’mari, ia berkata:
عَنْ مَعْدَانَ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ الْيَعْمَرِيِّ قَالَ قَالَ لِي أَبُو الدَّرْدَاءِ أَيْنَ مَسْكَنُكَ قَالَ قُلْتُ فِي قَرْيَةٍ دُونَ حِمْصَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ لَا يُؤَذَّنُ وَلَا تُقَامُ فِيهِمْ الصَّلَاةُ إِلَّا اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمْ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ الذِّئْبَ يَأْكُلُ الْقَاصِيَةَ
Abu Darda` bertanya kepadaku, “Dimanakah kamu tinggal?”, Aku menjawab, “Aku tinggal di pedesaan di belakang Himsha.”
Abu Darda` berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ”Tidaklah tiga orang berada di suatu pedesaan, lalu mereka tidak mengumandangkan adzan, dan tidak pula mendirikan shalat, kecuali setan akan menguasai diri mereka, oleh karena itu, hendaklah kamu berjamaah. Ketahuilah sesungguhnya serigala itu akan menerkam mangsa yang sendirian.”
[Hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud, An Nasa’i dan dihasankan oleh Al Albani.]
Hadits ini memiliki banyak riwayat lain yang menguatkannya. Al Albani menghasankan sebagian dari riwayat yang menguatkan hadits tersebut dan maknanya shahih tanpa keraguan.
Di antara hadits yang menjadi penguat adalah hadits dari Rizzi, ia berkata:
خَطَبَ عُمَرُ بِالشَّامِ، فَقَالَ: قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَقَامِي فِيكُمْ، فَقَالَ: اسْتَوْصُوا بِأَصْحَابِي خَيْرًا، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَفْشُو الْكَذِبُ؛ حَتَّى يُعَجِّلَ الرَّجُلُ بِالشَّهَادَةِ قَبْلَ أَنْ يُسْأَلَهَا، وَبِالْيَمِينِ قَبْلَ أَنْ يُسْأَلَهَا، فَمَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ، فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ، وَمِنَ الِاثْنَيْنِ أَبْعَدُ، فَمَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ، وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ، فَهُوَ مُؤْمِنٌ.
Umar berkhutbah di Syam. Dia berkata, ”Rasulullah ﷺ berdiri di tengah-tengah kami seperti berdirinya aku di tengah-tengah kalian. Beliau bersabda, “Aku berwasiat kepada kalian agar bersikap baik terhadap sahabat-sahabatku, kemudian orang-orang yang setelah mereka kemudian orang-orang yang setelah mereka.
Setelah itu kedustaan menyebar luas. Sampai-sampai seseorang bersegera memberikan kesaksian sebelum diminta bersaksi dan mengucapkan sumpah sebelum diminta bersumpah.
Siapa yang menginginkan tengah-tengahnya surga dan bagian surga yang paling istimewa hendaklah senantiasa bersama jamaah.
Sesungguhnya setan itu bersama yang sendirian dan setan itu dari orang yang berdua lebih jauh. Siapa yang kebaikannya membuatnya gembira dan kejelekannya membuat susah hatinya maka dia seorang mukmin.”
[Hadits riwayat Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i di dalam Al Kubra dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban. Hadits dishahihkan oleh sejumlah ahli ilmu di antaranya Ahmad Syakir dan Al Albani di dalam Tahqîqus Sunnah Li-Ibni Abi ‘Ashim dan Muhaqqih Al-Musnad.][iii]
Baca juga: Paha kambing beracun berbicara
Syarah (Penjelasan) Hadits
1. Penjelasan Imam Al Munawi rahimahullah
Al Munawi rahimahullah berkata:
(إِنَّ الشَّيْطَانَ ذِئْبُ الْإِنْسَانِ كَذِئْبِ الْغَنَمِ) “Sesungguhnya setan itu serigala bagi manusia sebagaimana serigala bagi kambing” : Maksudnya adalah merusak manusia dengan menyesatkannya dan menghancurkan manusia sebagaimana serigala yang dikirim ke sekumpulan kambing.
(يَأْخُذُ الشَّاةَ الْقَاصِيَةَ) ”Serigala menerkam kambing yang memisahkan diri dari kawanannya..”
yaitu: domba yang jauh dari kawanannya… ini merupakan perumpamaan.
Mengumpamakan keadaan memisahkan diri dari Jamaah, menyendiri dari Jamaah kemudian setan menguasainya dengan keadaan sebuah domba yang menjauh dari kawanan domba, kemudian serigala memangsanya karena keterpisahan dirinya.
Setelah selesai perumpamaan tersebut kemudian memperingatkan dengan bersabda:
(وَإِيَّاكُمْ وَالشِّعَابَ) yaitu jauhilah perpecahan dan perselisihan.
(وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ) maksudnya adalah hendaklah kalian senantiasa bersama Jamaah, hendaklah kalian bersama dengan golongan mayoritas. Sesungguhnya orang yang menyimpang itu menyimpang menuju neraka.
) yaitu mayoritas orang mukmin. [Faidhul Qadîr: 2/350][iv]وَالْعَامَّةِ(
2. Penjelasan Syaikh Hamid Ibrahim Thaha
“Sesungguhnya setan itu serigala bagi manusia” demikian Rasulullah ﷺ memberitahu kita dengan suatu perumpamaan yang bagus sekali. Beliau memberikan personifikasi gambaran maknawiah dalam bentuk yang bisa diindra.
Kita melihat di dalamnya bahwa yang menjauh dari Jamaah – baik itu jamaah masjid, jamaah safar atau Jamaatul Muslimin – berarti dia telah dikuasai dan disesatkan oleh setan, sebagaimana serigala memangsa kambing yang menyimpang, menyendiri dan menjauh.
Menjauh di sini bisa berupa keluar dari jalan hidup (manhaj) para sahabat atau memerangi kaum Muslimin dengan senjata atau menjauhi jamaah shalat.
Sudah dimaklumi bahwa orang yang diuji dengan kesendirian ini maka bisikan-bisikan setan akan menguasai dirinya dan bisikan itu akan semakin kuat menguasainya.
Berbeda dengan orang yang berada di antara saudara-saudaranya seiman, maka akan mudah baginya untuk menolak bisikan-bisikan setan ini.
Lafazh Jamaah yang selamat (yang terdapat di dalam hadits perpecahan umat) yang dimaksud dengan mereka adalah para sahabat ridhwanullah ‘alaihim dan orang-orang yang berjalan di atas jalan hidup mereka dengan baik hingga hari kiamat, baik dia sendirian atau bersama banyak orang (jamaah).
Sesungguhnya Jamaah adalah apa yang sesuai dengan kebenaran meskipun anda sendirian. Ini sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
Juga sebagaimana penjelasan Abdullah bin Mubarak rahimahullah ketika ditanya tentang pengertian jamaah, beliau menjawab, ‘Abu Bakar dan Umar.’ Kemudian dikatakan kepadanya bahwa mereka telah meninggal. Kalau yang masih hidup siapa?” Beliau menjawab, ”Abu Hamzah As Sukri.”
Allah Ta’ala telah memerintah kita untuk senantiasa bersama ulama dan bertanya kepada mereka ketika terjadi satu peristiwa baru (nazilah) dalam hukum syar’i atau fitnah dalam harta atau darah atau kehormatan.
Allah Ta’ala berfirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” [An Nahl: 43]
Bila Allah memerintah kita untuk senantiasa bersama ulama, Allah juga memerintah kita untuk senantiasa bersama jamaah, waspada terhadap bisikan setan untuk menentang dan menjauhi mereka. Karena hal itu merupakan permulaan kesendirian dan kerugian.
Setan bersendirian dengan manusia kemudian memperbanyak bisikan kepadanya sampai menjauhkannya dari saudara-saudaranya yang dia cintai dan dekat dengan mereka. Saling menolong dalam kebaikan dan takwa sebagaimana yang Allah perintahkan.
Maka ketika dia bersendirian dengan setan, setan tersebut akan memakan agamanya dan keiltizamannya kepada Islam dengan lahap.
Abdullah bin Mas’ud berkata, ”Seungguhnya apa yang kalian benci dalam Jamaah itu lebih baik daripada apa yang kalian sukai dalam perpecahan.”
Hendaklah anda waspada kepada bisikan setan dengan menjauhnya anda dari saudara-saudara anda seiman dan memisahkan diri dari mereka.
Menjauh dari Jamaah itu ada bahaya nyata di dalamnya. Ia menjadi mangsa yang mudah bagi permainan setan dan berakibat pada terjerumus dalam kemaksiatan kepada Ar Rahman.
Dari Ma’dan bin Abi Thalhah Al Ya’mari, ia berkata, “Abu Darda` bertanya kepadaku, “Dimanakah kamu tinggal?”, Aku menjawab, “Aku tinggal di pedesaan dibelakang Himsha.”
Abu Darda` berkata, “Aku mendegar Rasulullah ﷺ bersabda, ”Tidaklah tiga orang berada di suatu pedesaan, lalu mereka tidak mengumandangkan adzan, dan tidak pula mendirikan shalat, kecuali setan akan menguasai diri mereka, oleh karena itu, hendaklah kamu berjamaah.
Ketahuilah sesungguhnya serigala itu akan menerkam mangsa yang sendirian.”
[Hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud, An Nasa’i dan dihasankan oleh Al Albani.]
Dari Umar dia berkata,’Rasulullah ﷺ bersabda:
فَمَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ، فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ، وَمِنَ الِاثْنَيْنِ أَبْعَدُ
“Siapa yang menginginkan tengah-tengahnya surga dan bagian surga yang paling istimewa hendaklah senantiasa bersama jamaah. Sesungguhnya setan itu bersama yang sendirian dan setan itu dari orang yang berdua lebih jauh.” [Hadits riwayat Ahmad dan lainnya.]
Yang dimaksud dengan “بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ” adalah pertengahan surga dan hal terbaik di surga.”
Setan menunggu-nunggu manusia untuk memburunya karena dia menjadikan manusia sebagai musuh. Maka kita harus menjadikan setan sebagai musuh, waspada kepadanya, menyiapkan bekal menghadapinya dan melindungi diri darinya.
Jika setan itu serigala yang hendak memangsa manusia, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberikan kepada serigala terlaknat ini satu kekuasaan.
Allah Ta’ala berfirman:
(قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (40) قَالَ هَذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ (41) إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ
“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (39). Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka”. (40)
Allah berfirman, “Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). (41) Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, Yaitu orang-orang yang sesat. (42) [Al Hijr: 39-42]
Akan tetapi bila manusia menyerah kepada serigala pemangsa ini dengan jiwa dan tangannya, bahkan berdamai dan berteman dengannya, setan mengajaknya lalu dia menyambut ajakannya. memenuhi perintahnya bahkan mendatanginya dengan cepat dan sukarela serta meninggalkan perlindungan Jamaah.
Di sini, manusia telah menjadi buruan yang berharga bagi setan dan dia harus bermaksiat kepada Ar Rahman.
Ketika itulah manusia jangan mencela kecuali dirinya sendiri karena dia telah bersahabat dengan setan dan mentaati perintahnya.
Suatu saat nanti setan akan berlepas diri darinya pada hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman:
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: ”Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya.
Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri.
Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.” [Ibrahim: 22][v]
Demikian tadi penjelasan tentang hadits setan itu merupakan serigala bagi manusia sebagaimana serigala bagi kambing. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat.
Bila ada kebenaran maka itu dari Allah semata dan bia ada kesalahan dan penyimpangan maka itu dari kami dan dari setan. Allah dan Rasul-Nya berlepas diri darinya.
Artikel Hadits Setan Ibarat Serigala, pertama kali diunggah pada 26 Juni 2021
[i] Lihat: http://carihadis.com/Musnad_Ahmad/21091
[ii] Pengertian hadits hasan lighairihi: hadits dha’if yang memiliki beberapa jalur (sanad) dan sebab kedha’ifannya bukan karena perawinya fasik atau dusta. Lihat Ilmu Hadits Praktis, Karya DR. Mahmud Thahan, Pustaka Thariqul Izzah, 2010, hal. 59.
[iii] Lihat: https://www.islamweb.net/ar/fatwa/238435/
[iv]Lihat:https://islamqa.info/ar/answers/106441/%D9%87%D8%AC%D8%B1%D8%AA%D8%B5%D8%A7%D8%AD%D8%A8%D8%A7%D8%AA%D9%87%D8%A7%D9%81%D8%A7%D8%AB%D8%B1%D8%B0%D9%84%D9%83%D8%B9%D9%84%D9%89-%D8%AF%D9%8A%D9%86%D9%87%D8%A7
[v]Lihat:https://hamidibrahem.com/%D8%AE%D8%B7%D8%A8%D8%A9%D8%B9%D9%86%D8%AD%D8%AF%D9%8A%D8%AB%D8%A5%D9%90%D9%86%D9%91%D9%8E%D8%A7%D9%84%D8%B4%D9%91%D9%8E%D9%8A%D9%92%D8%B7%D9%8E%D8%A7%D9%86%D9%8E-%D8%B0%D9%90%D8%A6%D9%92%D8%A8/