Al Waqtu Atsmanu Minadz Dzahabi adalah mahfudzat arab tentang pentingnya waktu. Orang Barat menyatakan Time is Money. Waktu adalah uang.
Apa arti Al Waqtu Atsmanu Minadz Dzahabi? Bagaimana penjelasannya? Berikut ulasan selengkapnya:
Tulisan Al Waqtu Atsmanu Minadz Dzahabi
Al-Waqtu atsmanu minadz dzahab
Arti Al Waqtu Atsmanu Minadz Dzahabi
Waktu itu lebih berharga daripada emas
الوَقْتُ | Waktu itu |
أَثْمَنُ | lebih berharga |
مِنَ | daripada |
الذَّهَبِ | emas |
Penjelasan Al Waktu Atsmanu Minadz Dzahabi
Orang Barat menyatakan Time is Money. Waktu adalah uang. Waktu yang berlalu harus menghasilkan uang. Waktu berlalu sia-sia sama saja dengan menghamburkan peluang untuk menghasilkan uang.
Ini cara berfikir orang Barat yang mayoritas non Muslim. Mereka sangat materialistik.
Adapun kaum Muslimin tidak demikian halnya. Waktu jauh lebih berharga daripada emas.
Penggunaan ungkapan emas, sebab emas identik dengan barang berharga. Emas adalah barang berharga yang berlaku sejak zaman dahulu hingga sekarang. Bahkan, hari ini emas lebih berharga daripada uang.
Emas hilang bisa dicari kembali sedangkan waktu berlalu tidak akan pernah bisa didapatkan kembali. Waktu adalah kehidupan.
Waktu berlalu berarti ada bagian dari jatah kehidupan yang ikut berkurang dan hilang serta tidak akan pernah bisa didapatkan kembali hingga hari kiamat.
Baca juga: Maksud Lan Tarji’al Ayyamul Lati Madhot (لَنْ تَرْجِعَ الأَيَّامُ الَّتِيْ مَضَتْ)
Ayat & Hadits Berkaitan Al Waktu Atsmanu Minadz Dzahabi
Oleh karenanya, Allah dan Rasul-Nya ﷺ sangat mengagungkan waktu.
Hal ini nampak dalam banyaknya firman Allah Ta’ala yang menunjukkan hal tersebut. Begitu pula dengan sabda Rasulullah ﷺ yang banyak berbicara tentang betapa bernilainya waktu.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالْفَجْرِ . وَلَيَالٍ عَشْرٍ
1. Demi fajar,
2. dan malam yang sepuluh, [Al-Fajr: 1-2]
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ . وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ
1. Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),
2. dan siang apabila terang benderang, [Al-Lail: 1-2]
وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. [Al-‘Ashr: 1-3]
dan masih banyak ayat lainnya yang menjelaskan pentingnya waktu dan urgennya memanfaatkan waktu tersebut dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Di antara hadits yang berbicara tentang pentinya waktu adalah hadits Abu Barzakh Al-Aslami Nadhlah bin ‘Ubaid radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيْمَ فَعَلَ ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَ أَبْلَاهُ
“Tidak akan bergeser kedua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga dia ditanya tentang umurnya dihabiskan dalam hal apa, dan tentang ilmunya, apa yang dia lakukan dengannya, tentang hartanya darimana dia dapatkan dan dia pergunakan dalam hal apa, serta tentang badannya dalam hal apa tubuhnya dia gunakan.” [Hadits riwayat At-Tirmidzi di dalam Shahih At-Tirmidzi no. 2417]
kemudian hadits dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda,
اغْتَنِمْ خَمْسًا قبلَ خَمْسٍ : شَبابَكَ قبلَ هِرَمِكَ ، وصِحَّتَكَ قبلَ سَقَمِكَ ، وغِناكَ قبلَ فَقْرِكَ ، وفَرَاغَكَ قبلَ شُغْلِكَ ، وحَياتَكَ قبلَ مَوْتِكَ .
”Manfaatkanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara: masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum fakirmu, longgarmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum kematianmu.”
[Hadits riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam Qashrul Amal (111), Al-Hakim (7846), dan al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman (10248), Syaikh Al-Albani menyatakan sebagai hadits shahih di dalam Shahih At-Targhib no. 3355]
Nabi ﷺ memberikan bimbingan kepada umatnya untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan dalam kehidupan dunia ini untuk beramal demi akhirat.
Yakni, dengan memenuhi waktu-waktunya dengan ketaatan karena kesempatan – kesempatan tersebut adalah umur manusia di dunia ini dan menjadi simpanannya di akhirat.[i]
Kemudian hadits dari Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma lainnya menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ
– نعمتانِ مغبونٌ فيهما كثيرٌ منَ النَّاسِ الصِّحَّةُ والفراغُ
“Ada dua nikmat yang mayoritas orang tertipu dengannya yaitu kesehatan dan waktu longgar.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (6412)]
Nikmat Allah ‘Azza wa Jalla kepada para hamba-Nya itu tidak bisa dihitung. Di antaranya adalah dua nikmat ini yaitu kesehatan dan kelongaran waktu.
Mayoritas orang tidak mengetahui betapa pentingnya dua nikmat tersebut kecuali setelah kedua nikmat tersebut lenyap dari dirinya.[ii]
Baca juga: Maksud Laa Tuakhir ‘Amalaka Ilal Ghodi (لاَ تُؤَخِّرْ عَمَلَكَ إِلىَ الغَدِ مَا تَقْدِرُ أَنْ تَعْمَلَهُ اليَوْمَ)
Contoh Praktek Al Waqtu Atsmanu Minadz Dzahabi
Para ulama Salaf telah memberikan contoh kepada umat Islam bagaimana mereka memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Dalam kehidupan mereka tedapat contoh yang jelas tentang betapa waktu itu bagi mereka benar-benar lebih berharga daripada emas.
Kita bisa melihatnya dari cara pandang mereka terhadap waktu melalui berbagai pendapat mereka. Diantaranya sebagai berikut:
- Yahya bin Hubairah rahimahullah, seorang Menteri yang shalih, berkata, “Waktu adalah sesuatu yang paling berharga yang harus kamu jaga, namun aku melihat justru waktulah yang paling mudah engkau sia-siakan.”
- Dinukil dari ‘Amir bin ‘Abdi Qais, salah seorang tabi’i yang zuhud, bahwa seseorang berkata kepadanya, “Berbincang-bincanglah dengan saya.” Maka ‘Amir bin Abdi Qais berkata kepada pria tersebut,”Tahanlah matahari terlebih dulu.”
Maksudnya adalah hentikanlah matahari untukku dan tahanlah, jangan sampai bergerak hingga aku ngobrol denganmu.
Sesungguhnya waktu itu terus bergerak dan berlalu. Tidak akan kembali setelah berlalu.
Maka kerugiannya adalah kerugian yang tidak mungkin untuk diganti dengan apa pun karena setiap waktu itu dipenuhi dengan amal perbuatan.
- Sahabat agung Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tidaklah aku menyesal atas sesuatu sebagaimana aku menyesal atas hari yang telah lewat dengan terbenamnya matahari, di waktu itu ajalku berkurang namun di hari itu amalku tidak bertambah.”
- Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah seorang tokoh tabi’in berkata, “Wahai anak Adam! Kamu ini hanyalah kumpulan hari-hari. Apabila satu hari telah berlalu, maka telah hilanglah sebagian darimu.”
- Beliau juga berkata, “Aku telah mendapati sejumlah orang yang sangat tamak terhadap waktunya melebihi ketamakan kalian terhadap dirham dan dinar kalian (mata uang saat itu).”
Dari penjelasan ayat, hadits dan perkataan para ulama salaf tersebut jelaslah bahwa nilai waktu itu jauh lebih berharga daripada emas.
Waktu adalah modal utama setelah iman, ilmu dan kesehatan, untuk mendapatkan bekal sebanyak mungkin dalam perjalan menuju ke kampung abadi di akhirat nanti.
Kegagalan dalam memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya hanya akan berujung dengan penyesalan tak terkira di akhirat nanti.
Kerugian yang akan ditanggung juga merupakan kerugian yang benar-benar tak terbayangkan oleh benak manusia saat ini sama sekali.
Untuk itu marilah kita sadari bahwa waktu itu lebih berharga daripada emas, daripada uang, daripada harta benda yang kita miliki.
Marilah kita jaga dengan sebaik-baiknya. Kita isi dengan berbagai kebaikan semaksimal kemampuan yang kita miliki.
Quote Al Waktu Atsmanu Minadz Dzahabi
Berikut quote terkait Al Waktu Atsmanu Minadz Dzahabi yang dapat digunakan untuk status whatsapp ataupun reminder lainnya:
Tulisan Al Waktu Atsmanu Minadz Dzahabi pertama diunggah pada tanggal 5 Agustus 2021
[i] https://www.dorar.net/hadith/sharh/119789
[ii] https://www.dorar.net/hadith/sharh/72217