Mahfudzat Man Qolla Shidquhu Qolla Shodiquhu adalah kata mutiara yang berkaitan tentang kejujuran dan persahabatan.
Apa artinya? Bagaimana penjelasannya? Berikut ulasannya:
Tulisan Man Qolla Shidquhu Qolla Shodiquhu
Man Qolla Shidquhu Qolla Shodiquhu
Arti Man Qolla Shidquhu Qolla Shodiquhu
“Siapa yang sedikit kejujurannya maka sedikit pula temannya.”
مَنْ | Siapa |
قَلَّ | yang sedikit |
صِدْقُهُ | kejujurannya |
قَلَّ | (maka) sedikit pula |
صَدِيْقُهُ | temannya |
Penjelasan Man Qolla Shidquhu Qolla Shodiquhu
Di mahfuzhat tersebut ditegaskan bahwa orang yang banyak dustanya, sedikit jujurnya, akan sedikit pula orang yang mau berteman dengannya.
Ini jelas benar. Tidak ada masalah dengan mahfuzhat tersebut.
Secara umum orang suka dan merasa aman untuk berteman dengan orang yang dikenal jujur dan jarang berdusta atau tidak suka berdusta.
Dan kebanyakan orang cenderung menjauhi, tidak suka dan tidak merasa aman dengan orang-orang yang suka dusta dan sedikit kejujurannya.
Bila dusta telah menjadi sifat yang dominan dalam diri seseorang, siapa pun tidak akan bisa mempercayainya.
Orang tidak mau berteman dekat dengannya dan cenderung dijauhi oleh orang yang tahu persis wataknya.
Baca juga: Jaalis Ahlas Shidqi Wal Wafai Artinya
Jujur Malah Dijauhi Teman?
Ada kondisi yang kontradiksi dengan ungkapan mutiara diatas. Kondisi dimana orang yang bersikap jujur di suatu lingkungan kerja tertentu justru malah dijauhi oleh banyak orang di lingkungan tersebut.
Kisah seperti itu sering didengar atau dialami oleh banyak orang. Lantas bagaimana dengan mendudukkan ungkapan mahfuzhat atau kata mutiara diatas?
Bila hal itu terjadi, biasanya karena memang lingkungan kerja tersebut sudah dipenuhi oleh orang-orang yang sudah sangat parah kerusakannya.
Seseorang bersikap jujur justru tidak disukai rekan kerja atau lingkungan di mana dia bekerja. Cara berpikir dan cara pandang di tempat tersebut sudah terbalik.
Biasanya, mayoritas orang yang melingkungi orang jujur tersebut sudah sangat biasa dan lazim dengan kecurangan, kedustaan, manipulasi dan praktek-praktek penyelewengan lainnya dari yang semestinya.
Akibatnya, saat ada orang yang berusaha untuk konsisten atau berpegang teguh dengan aturan hukum atau ketentuan yang semestinya, maka mereka akan dianggap sebagai duri dalam daging.
Orang yang jujur akan dianggap sebagai orang yang bisa merusak kondisi yang “menguntungkan” bagi mereka.
Bahkan akan diniliai sebagai orang yang sangat potensial menghalangi berbagai penyelewengan dan manipulasi yang lazim di lingkungan tersebut.
Makanya orang yang jujur semacam ini akan dijauhi dan dikucilkan dalam lingkungan yang buruk semacam itu.
Mereka akan dianggap sebagai orang yang tidak bisa dibina dan tidak bisa dikendalikan.
Di mata pimpinan atau tokoh yang sudah terbalik cara berfikirnya, orang semacam ini raport kepribadiannya justru merah menyala.
Sehingga bila memungkinkan untuk disingkirkan akan disingkirkan. Orang seperti itu akan dianggap sok suci.
Pelajaran dari kisah Nabi Luth
Sebagaimana diketahui, kaum Nabi Luth adalah kaum yang bergelimang dengan dosa. Perilaku seks mereka menyimpang. Perilaku homoseksual dan lesbian merajalela diantara mereka.
Karenanya, ketika nabi Luth jujur menerangkan perintah Allah, maka dia pun dimusuhi.
Ini sebagaimana firman Allah Ta’ala saat menerangkan kaum Nabi Luth yang sudah sangat rusak fitrahnya dan terbalik jalan berfikirnya:
وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ ۖ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ
Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri”. [Al-A’raf: 82]
Nabi Luth ‘alaihis salam mengajak mereka untuk kembali kepada fitrah dan menegaskan bahwa perbuatan mereka benar-benar melampaui batas.
Namun responnya benar-benar menunjukkan kerusakan parah dalam cara berfikir dan cara pandang mereka.
Kaum Nabi Luth ‘alaihis salam malah memprovokasi masyarakat agar mengusir Nabi Luth ‘a’aihissalam dan orang-orang yang beriman bersamanya.
Akan Datang Masa Kejujuran Didustakan
Nabi ﷺ juga sudah mengabarkan bakal datangnya suatu zaman yang di dalamnya para pendusta dibenarkan dan orang yang jujur justru didustakan.
Rasulullah ﷺ bersabda,
سيَأتي علَى النَّاسِ سنواتٌ خدَّاعاتُ يصدَّقُ فيها الكاذِبُ ويُكَذَّبُ فيها الصَّادِقُ ويُؤتَمنُ فيها الخائنُ ويُخوَّنُ فيها الأمينُ وينطِقُ فيها الرُّوَيْبضةُ قيلَ وما الرُّوَيْبضةُ قالَ الرَّجلُ التَّافِهُ في أمرِ العامَّةِ
” Akan datang tahun-tahun penuh penipuan pada manusia. Di tahun – tahun tersebut pendusta dibenarkan, orang yang jujur didustakan. Pengkhianat diberi kepercayaan dan orang yang amanah dikhianati. Dan di tahun-tahun tersebut Ruwaibidhah berbicara.”
Ditanyakan kepada beliau, “Apakah ruwaibidhah itu?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Orang hina yang mengendalikan urusan masyarakat luas.” [hadits shahih riwayat Ibnu Majah (4036) dan AHmad (7912)]
Apa yang disabdakan oleh nabi Muhammad ﷺ benar-benar telah terjadi pada hari ini. Kita sudah bisa menyaksikannya dengan mata kepala sendiri dan bahkan mungkin mengalaminya.
Jadi, mahfuzhat yang menyatakan orang yang sedikit jujurnya akan sedikit pula temannya itu berlaku secara umum di lingkungan dan situasi yang masih normal.
Yakni, masih bersih fitrah kemanusiaannya dan masih jernih jiwanya, belum dikotori oleh keserakahan terhadap harta pangkat dan jabatan.
Bisa dipastikan, dalam kondisi seperti itu, orang yang tidak jujur pasti sedikit teman yang mau setia kepadanya.
Bahkan tidak ada yang mau mendekat kepadanya karena tidak akan pernah merasa aman dari tipu dayanya.
Praktek Man Qolla Shidquhu Qolla Shodiquhu
Oleh karena itu, seseorang tidak boleh lemah hati atau berkecil hati untuk senantiasa bersikap jujur karena dia akan mendapatkan banyak teman yang baik.
Bahkan, kejujuran itu, betapa pun kadang terasa pahit dan bahkan getir saat diprakatekkan dalam lingkungan yang sangat rusak, dia akan menjadi pemandu kepada berbagai kebaikan.
Dan kebaikan itu pada gilirannya akan memandunya ke surga.
Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,”Rasulullah ﷺ bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى اْلبِرِّ، وَإِنَّ اْلبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى اْلجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدِقُ، وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ الله صِدِّيْقًا. وَإِيَّاكُمْ وَاْلكَذِبَ، فَإِنَّ اْلكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى اْلفُجُوْرِ، وَإِنَّ اْلفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ، وَيَتَحَرَّى اْلكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
“Bersikap jujurlah kalian. Sesungguhnya kejujuran itu akan menunjukkan kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan menunjukkan ke surga. Seseorang yang senantiasa bersikap jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah.
Dan jauhilah dusta, karena kedustaan itu akan menuntun kepada perbuatan fajir (pelanggaran syariat) dan perbuatan fafir itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah.” [Hadits riwayat al-Bukhari (6755) dan Muslim (2607) ]
Wallahu a’lam bish showab.
Tulisan Man Qolla Shidquhu Qolla Shodiquhu pertama kali diunggah pada 30 Juli 2021