Kata-kata motivasi man jadda wajada sangat terkenal di Indonesia. Tak hanya di kalangan pesantren, bahkan di kalangan pelajar ataupun masyarakat umum pun.
Terlebih setelah dipopulerkan dalam nasyid dan soundrack film. Menjadikannya semakin familiar di telinga kaum muslimin dari anak kecil hingga orang tua.
Lalu, bagaimana tulisan yang benar? Apa arti dan kandungan dalam kalimat tersebut? Tulisan ini sedikit akan mengupasnya.
Man Jadda Wajada bahasa Arab
Arti Man Jadda Wajada
Siapa saja yang sungguh-sungguh niscaya akan mendapatkan
مَنْ | Siapa saja (barangsiapa) |
جَدَّ | yang sungguh-sungguh |
وَجَدَ | (niscaya) akan mendapatkan |
Penjelasan Man Jadda Wajada
Ungkapan ini seringkali disampaikan oleh para guru, pendidik, ustadz, ataupun kyai.
Biasanya digunakan untuk mengingatkan para murid dan masyarakat semuanya agar jangan pernah putus asa dalam meraih tujuan mulia yang ingin digapai.
Tujuan sebesar apa pun akan tercapai, bila jalan yang dialui sudah jelas benar. Hal ini senada dengan mahfudzat man saara ‘ala darbi washola (Siapa yang berjalan pada jalannya niscaya akan sampai (di tujuan).
Tentunya, segala daya dan upaya yang sesuai dengan hukum sebab akibat yang berlaku di dunia juga perlu dilakukan. Semua hal diatas perlu dicurahkan dengan penuh kesungguhan dan tanpa kenal putus asa.
Orang-orang semacam inilah yang biasanya berhasil memberikan manfaat yang besar kepada dirinya sendiri, keluarganya, masayrakatnya.
Bahkan terkadang sampai pada level mampu memberikan manfaat kepada umat manusia dalam kurun waktu yang panjang dalam sejarah.
Kandungan Man Jadda wa jadda
Kandungan makna dari mahfuzhat Man Jadda wa jadda di antaranya adalah sebagai berikut:
- Kata-kata mutiara ini senantiasa diucapkan oleh orang ketika ada seseorang yang mencapai prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di suatu bidang.
- Sukses membutuhkan lebih banyak waktu, tenaga dan kepayahan, agar seseorang dapat mencapai tujuan yang diinginkannya.
- Sukses juga membutuhkan lebih banyak kesabaran, dan tidak mudah menyerah.
- Orang sukses selalu punya ketekunan, daya tahan dan kemampuan mengatasi segala rintangan.
Ungkapan sederhana ini menunjukkan bahwa kerja keras dan kepayahan selalu berujung pada panen kesuksesan yang lebih banyak.
Contoh Kisah Inspiratif Man Jadda wa jadda
Untuk memperjelas betapa benar dan agungnya hikmah yang ada dibalik mahfuzhat ini, kita lihat contoh yang spektakuler dalam sejarah.
Dengan kisah nyata semacam itu akan lebih memudahkan kita mencerna makna ungkapan Man jadda wa Jada.
Baca juga: Arti Man Shabara Zhafira
Penaklukan Konstantinopel
Suatu kali rasulullah bersabda,
– لَتُفتَحَنَّ القُسطنطينيةُ وَلَنِعْمَ اْلأَمِيْرُ أَمِيْرُهَا وَلَنِعْمَ اْلجَيْشُ ذَلِكَ اْلجَيْشُ
“Konstantin beanr-benar akan dibebaskan (ditaklukkan). Sebaik-baik amir (panglima) adalah amir pasukan pembebasan Konstantin dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan tersebut.” [Hadits riwayat Ahmad dan lainnya.Lihat Al-Jami’ Ash-Shaghir: 7227]
Para khalifah setelah khulafaur rasyidin telah berusaha untuk membebaskan Konstantinopel dengan harapan bisa mewujudkan hadits tersebut.
Tercatat dalam sejarah Islam yang panjang, para khalifah yang telah mengirim pasukan besar untuk penaklukan Konstantinopel adalah sebagai berikut:
- Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 44 H.
- Sulaiman bin Abdul Malik dari Bani Umayyah tahun 98 H.
- Harun Ar-Rasyid dari Bani Abbassiyah tahun 190 H.
- Alib Arsalan dari Kesultanan Seljuk.
- Sultan Bayazid dari Kesultanan Turki Utsmani tahun 796 H.
- Sultan Murad II dari Kesultanan Turki Utsmani antara tahun 824 H – 863 H[i]
Namun semua upaya keras tersebut gagal total. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya benteng pertahanan Kota Kontantinopel yang dibangun pada tahun 330 M.
Meskipun sudah berusia 1000 tahun lebih, namun tidak ada satu pun kekuatan yang sanggup menjebolnya.
Benteng pertahanan Kota Konstantinopel terkenal sangat tebal dan kokoh. Kegagalan yang terus berulang ternyata tidak membuat Sultan Muhammad Al-Fatih yang saat menjabat sebagai Khalifah baru berusia 22 tahun berkecil hati.
Ia berusaha keras mewujudkan kabar gembira dari Nabi ﷺ .
Semua atas dorongan keimanan kepada kebenaran sabda Nabi ﷺ , kuatnya ruhul jihad, kuatnya tawakkal kepada Allah Ta’ala serta keyakinannya yang besar bahwa Allah akan menolongnya.
Maka tidak ada yang tidak bisa dikalahkan. Dia terus berpikir keras dan bekerja keras untuk mewujudkan nubuwah nabi ﷺ tersebut.
Sultan Muhammad Al-Fatih merancang berbagai strategi yang menurut para ahli strategi barat sendiri dinilai sebagai strategi yang sangat brilian.
Strateginya dinilai melampaui kemampuan banyak panglima besar kala itu. Bahkan ada yang mengatakan melebihi kemampuan ALxander The Great.
Di antara yang paling menonjol adalah strategi untuk menerobos pertahanan laut yang tidak bisa ditembus kecuali dengan menarik lebih dari 70 kapal melewati bukit Galata ke Tanduk Emas (Golden Horn).
Sebuah terobosan yang tidak pernah terbayangkan oleh para ahli perang laut saat itu.
Juga pembuatan meriam raksasa yang bisa menjebol tembok benteng yang seolah kebal terhadap peluru apa pun pada masa itu. Selain jelas ketakwaan pasukannya, terutama pasukan elitnya yang dikenal dengan sebutan Jeniseri.
Pengepungan selama 9 bulan akhirnya berhasil dituntaskan dengan penaklukan Konstantinopel. Semenjak dibebaskannya Konstantinopel, maka dakwah Islam semakin meluas ke berbagai wilayah penjuru dunia terutama Eropa.
Kesulitan yang sedemikian besar ternyata berhasil diatasi berkat rahmat Allah Ta’ala kemudian kesungguhan yang tidak mengenal kata lemah dan menyerah.
Sekedar informasi, korban mujahidin yang gugur saat menarik kapal melewati bukit itu tidak sedikit.
Namun itu semua tidak mengendorkan tekad Muhammad Al-Fatih untuk tetap meneruskan proses penarikan kapal hingga terwujud strateginya. Inilah gambaran praktis dari man jadda wajada.
Dengan demikian, untuk hal-hal lain yang jauh lebih sederhana dibandingkan penaklukan benteng yang sangat hebat tersebut, meskipun di mata kita sudah sangat sulit, tentunya prinsipnya juga sama, man jadda wajada.
Setelah dipastikan caranya benar maka yang tersisa adalah tingkat kesungguhan seseorang dalam mewujudkan mimpi atau tujuannya.
Baca juga: Ash Shobru Yu’inu ‘Ala Kulli ‘amalin Artinya
Menghafal Al Quran
Contoh kasus lain praktek man jadda wajada adalah menghafal al-Quran.
Sering sekali kita dengar adanya orang tua yang berhasil mendidik anaknya berhasil menghafal al-Quran. Hafalannya mutqin atau kuat hafalannya dalam waktu yang tidak lama dalam kurang dari dua atau tiga tahun.
Banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan tersebut. Namun satu hal yang pasti. Mereka semua yang berhasil tersebut selalu punya kesungguhan di atas rata-rata.
Bukan hanya anaknya namun juga orang tuanya. Maka capaiannya juga di atas rata-rata.
Dalam hal ini banyak sekali contohnya yang sering kita lihat dalam acara hafidz indonesia. Banyak yang memiliki keterbatasan, tetapi berhasil menghafal Al Quran.
- Naja Hudia Afifurrohman
Naja adalah salah satu peserta Hafiz Indonesia 2019 dari Mataram yang menderita Lumpuh Otak. Dengan keterbatasan itu, ia dapat menghafal 30 juz.
Tak hanya hafal 30 juz, Naja bahkan mampu menghafal secara detail setiap ayat sampai halamannya pun ia hafal.
Tentu itu semua berkat perjuangan sang anak dalam menghafalnya. Dibalik itu, tentu ada orang tua yang memiliki usaha diatas rata-rata usaha orang tua lainnya.
- Amey
Amey adalah gadis cilik berusia 11 tahun asal Cirebon tampil di ajang Hafiz Indonesia RCTI 2021.
Amey memiliki keterbatasan indra penglihatan. Dia tidak bisa melihat dari sejak bayi. Meski memiliki keterbatasan tersebut, tidak membuatnya patah semangat.
Hafalannya pada tahun 2021, sudah mencapai 21 juz. Tentunya dibalik itu semua ada usaha lebih dibandingkan yang memiliki kesempurnaan fisik penglihatan.
- Aira Afrillia
Aira adalah salah satu peserta hafiz Indonesia yang masih 9 tahun (2021). Ia berasal dari Karawang.
Aira sendiri terlahir dalam keadaan tunanetra. Dan sudah tidak memiliki ayah dan ibu sejak balita. Meski begitu, Aira memiliki semangat untuk terus menghafal Al Quran.
Keterbatasan fisik tidak menghalanginya untuk menghafal al quran.
- Kayla
Kayla adalah salah satu peserta hafiz Indonesia pada tahun 2018 yang memiliki keterbatasan penglihatan.
Di umurnya 9 tahun kala itu (2018), dia sudah mampu menghafal 30 juz Al Quran. Semua berkat kebiasaannya mendengarkan lantunan ayat Al Quran lewat DVD sejak umur 7 tahun dibawah bimbingan neneknya.
Setelah selesai menghafalkannya, dia menyetorkan hafalan kepada ayahnya.
- Masyita Pustri Nasyira
Masyita adalah gadis cilik yang sempat viral di sosial media berkat hafalannya.
Yang membuat dia viral adalah dengan keterbatasan fisik yakni low vision atau masalah penglihatan yang cukup serius, tetapi mampu menghafal lantunan ayat al quran dengan sangat baik.
Sejak usia 5 tahun, ia telah piawai melantunkan ayat suci Al-Quran. Kemudian di usianya yang masih sangat belia, ia bahkan telah hafal jus 29 dan 30 di luar kepala.
Ia juga hafal beberapa surat lain seperti Ar-Rahman, Yasiin dan masih banyak lagi.
Dan masih banyak lagi kisah-kisah inspiratif man jadda wajada lainnya.
Penelitian Man Jadda wa jadda Versi Barat
Dalam sebuah buku yang berjudul Achievment Factors (1993), Dr. B. Eugene Griesmann menulis Faktor-Faktor Prestasi tokoh-tokoh dunia.
Buku ini berisi wawancara langsung antara dirinya dengan tokoh-tokoh terbaik di bidangnya. Ada politikus, pebisnis, atlet, seniman, penulis, akademisi dan lain-lain.
Disebutkan di sana, ada sejumlah faktor prestasi berupa karakter unggul yang senantiasa ada pada mereka.
Salah satunya adalah ketekunan. Tidak ada satu pun dari mereka yang prestasinya luar biasa tersebut yang mudah menyerah dan tidak punya tekad baja.
Semuanya sangat fokus dan sungguh-sungguh, sampai ada titik dimana orang biasa pasti akan berhenti dan menyerah namun mereka tidak.
Ini terlihat jelas dari cerita para tokoh tersebut tentang apa saja yang mereka lakukan agar berhasil meraih prestasi besar.
Hal ini menjadi bukti bahwa prinsip man jadda wa jada ini bersifat universal. Berlaku untuk muslim dan non muslim.
Dia bisa menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan untuk meraih tujuan besar yang telah ditetapkan oleh seseorang. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.
Gambar Kaligrafi Man Jadda Wajada
Tulisan man jadda wajada pertama kali diunggah pada 29 Juli 2021.