Islam sangat memperhatikan etos kerja seorang muslim dan menghasung umatnya untuk bekerja. Tak hanya kaitannya sebagai urusan dunia, tapi sebagai bentuk ibadah.
Sebab, dengan bekerja, dirinya dapat melaksanakan amalan ibadah sebaik-baiknya, mengangkat harga diri, dan memberi manfaat kepada sesama, bahkan kepada makhluk lain.
Bekerja tak hanya sebagai menambah kekayaan diri. Tapi merupakan manifestasi amal saleh shingga dapat meningkatkan derajat mereka di hadapan Allah SWT.
Lebih dari itu, bekerja merupakan bentuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk beramal sebanyak-banyaknya.
Tujuannya, agar tidak menjadi orang yang rugi di dunia dan di akhirat. Sekaligus unutk menguji orang beriman, siapakah yang paling baik amalnya.
Ayat Tentang Etos Kerja
Berikut ayat-ayat yang menunjukkan tentang etos kerja seorang muslim:
1. Al Jum’ah: 9-11
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ – ٩
فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ – ١٠
وَاِذَا رَاَوْا تِجَارَةً اَوْ لَهْوًا ۨانْفَضُّوْٓا اِلَيْهَا وَتَرَكُوْكَ قَاۤىِٕمًاۗ قُلْ مَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِۗ وَاللّٰهُ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ ࣖ – ١١
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jum‘at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.
Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah, “Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik. (Al Jum’ah: 9-11)
Kandungan Ayat:
Al Jum’ah Ayat 9
- Seruan Allah kepada orang beriman untuk mendirikan Shalat Jum’at.
- Perintah meninggalkan jual beli / perdagangan, pekerjaan ketika sudah dikumandangkan adzan. Ayat ini menjadi wajibnya shalat jum’at dan larangan jual beli bagi laki-laki ketika shalat jum’at.
Al Jum’ah Ayat 10
- Setelah shalat setelah, perintah untuk mencari fadhlullah (karunia Allah), melanjutkan pekerjaan yang ditinggalkan tadi, menyelesaikan urusan duniawi lainnya, atau berusaha mencari rezeki yang baik dan halal.
- Perintah banyak berzikir mengingat Allah agar memperoleh keberuntungan.
Al Jum’ah Ayat 11
- Allah menceritakan tentang kondisi sebagian kaum muslimin ketika mendengar khutbah nabi, kemudian datang rombongan kafilah dagang dari Syam, kemudian mereka berhamburan.
Asbabun nuzul ayat ini berkenaan dengan kedatangan rombangan unta dari kafilah dagang Dihyah al-Kalby dari Syām (Suriah) dengan membawa dagangan, seperti tepung, gandum, minyak dan lain-lain.
Sebagai kebiasaan, apabila unta rombongan kafilah dagang tiba, maka kaum perempuan ikut menyambutnya dengan menabuh gendang, supaya orang-orang datang membeli dagangan yang dibawanya.
Dan kaum Muslimin yang sedang mendengarkan khutbah Jum’at Nabi pun keluar ikut menyambut rombongan dagang ini.
- Kemudian Allah SWT mengingatkan bahwa apa yang ada di sisi Allah SWT lebih baik daripada permainan dan perdagangan.
- Allah sebaik-baik pemberi rezeki.
2. Al Qashash: 77
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ – ٧٧
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. (Al Qashahsh: 77)
Kandungan Ayat:
- Allah memerintahkan hambatnya untuk membuat keseimbangan antara usaha memperoleh duniawi dan memenuhi keperluan ukhrawi. Tidak mengejar salah satunya dengan cara meninggalkan yang lain.
2. Perintah untuk berbuat baik kepada allah dan sesamanya.
3. Larangan berbuat kerusakan. Baik kerusakan di darat maupun di laut. Allah telah mengingatkan di dalam ayat lain agar tidak melakukan kerusakan di muka bumi.
4. Allah tidak menyukai orang yang melakukan kerusakan. Kerusakan apapun bentuknya akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Hadits Nabi Tentang Motivasi Bekerja
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ بَحِيْرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنِ اْلمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِيْكَرِبَ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا كَسَبَ الرَّجُلُ كَسْبًا أَطْيَبُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَمَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ وَوَلَدِهِ وَخَادِمِهِ فَهُوَ صَدَقَةٌ
Artinya: Disampaikan kepada kami oleh Hisyam bin ‘Ammar dari Isma’il bin ‘Ayyas dari Bahir bin Sa’ad dari Khalid bin Ma’dan dari al-Miqdām bin Ma’dikarib azZubaidi dari Rasulullah, beliau bersabda: ‚Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya sendiri. Dan apa-apa yang diinfakkan oleh seorang laki-laki kepada diri, istri, anak dan pembantunya adalah sedekah ( HR. Ibnu Mājah)
Kandungan Hadits diatas:
- Motivasi Nabi Muhammad SAW kepada umatnya untuk memiliki etos kerja yang tinggi.
- Kita dilarang untuk bertopang dagung dan berpangku tangan mengharap rezeki datang dari langit.
- Kita harus bekerja memenuhi kebutuhan diri dan keluarga.
- Tidak ada yang lebih baik dari usaha seseorang kecuali hasil kerjanya sendiri. Tentunya, dari pekerjaan yang halal dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.
- Membelanjakannya kepada keluarga, anak istri, dan pembantu dihitung Allah adalah bentuk sedekah. Maknanya, Kemuliaan yang didapat seorang muslim bukan hanya tentang proses mencarinya. Tapi juga dalam hasil yang dia belanjakan.
Doa Berlindung dari Kemalasan
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, rasa takut, kepikunan, dan kekikiran. Dan aku juga berlindung kepada -Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian‛ (HR. Muslim).
Doa Nabi diatas mengajarkan umatnya untuk senantiasa berlindung dari kemalasan dan sifat lemah.
Hadits Larangan Meminta-Minta
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَحْتَطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَأْتِيَ رَجُلًا أَعْطَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ فَضْلِهِ فَيَسْأَلَهُ أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ
“Demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, salah seorang dari kalian mengambil talinya lalu memikul kayu bakar di atas punggungnya daripada mendatangi seseorang yang diberi kelebihan rezeki oleh Allah ‘Azza wa Jalla untuk meminta kepadanya lalu orang itu memberi atau menolaknya.” [Hadits riwayat An-Nasa’i (2588) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Hadits Perintah Bekerja Profesional
إنَّ اللهَ تعالى يُحِبُّ إذا عمِلَ أحدُكمْ عملًا أنْ يُتقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala suka apabila salah seorang dari kalian melakukan suatu pekerjaan dia melakukan pekerjaan tersebut dengan sebaik mungkin.” [ Hadits riwayat Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam Al-Ausath no. 897 dan Imam Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, no. 5312.]
Kata Itqan secara bahasa berarti menyempurnakan atau mengerjakan dengan sempurna (profesional)
Perkataan Ulama Bekerja Menghapus Dosa
إِنّ من الذّنُوبِ ذنوبًا لا يكفرها إلا الهمُّ في طلب المعيشة
Sesungguhnya ada dosa-dosa yang tidak terhapus kecuali oleh rasa resah dalam mencari penghidupan.”
Tentunya, dosa yang gugur karena lelah bekerja adalah dosa kecil. Sebab, para ulama telah menegaskan bahwa dosa-dosa besar itu hanya bisa terhapus dengan taubat.
Para Nabi Pun juga Bekerja
Sejarah mencatat, bahwa Para nabi ‘alaihimus salam dahulu juga bekerja. Mereka memiliki profesi dan pekerjaan yang mereka lakukan yang menjadi jalan rezeki.
Hal ini karena mereka menjadi contoh bagi orang lain dalam mengambil sebab atau melakukan ikhtiar dan berusaha mencari rezeki. Berikut beberapa contohnya:
- Dahulu Nabi Adam ‘alaihissalam bekerja di sawah
- Nabi Idris sebagai penjahit
- Nabi Nuh ‘alaihissalam bekerja di penggembalaan domba, selain pekerjaannya di pertukangan.
- Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dalam pertanian
- Nabi Ya’qub memiliki peternak domba
- Nabi Yusuf ‘alaihissalam bekerja sebagai pelayan di rumah raja Mesir, lalu beliau menjadi menteri.
- Nabi Shalih dan Nabi Syu’aib ‘alahimassalam keduanya bekerja dalam perdagangan.
- Nabi Musa ‘alaihissalam menggembalakan domba. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
- Nabi Daud Membuat baju besi
- Nabi Muhammad menggembala kambing dan berdagang
Mengapa Harus Bekerja?
Berikut (ringkasan) alasan mengapa seorang muslim harus bekerja:
- Bekerja merupakan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.(Al Jum’ah: 10)
- Rasulullah ﷺ menghasung umatnya agar umat Islam bekerja.
- Bekerja adalah sunnah para Nabi dan Rasul ‘alaihimussalam. Dengannya seorang muslim dapat memelihara diri meminta-minta kepada orang lain dan menghinakan diri kepada mereka.
- Allah mencintai orang yang bekerja dengan sesempurna mungkin dalam pekerjaannya.
- Rezeki merupakan rahasia Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun, namun jalan untuk mendapatkannya adalah dengan bekerja.
- Bekerja itu bisa menjadi salah satu penghapus keburukan dan kesalahan.
- Bekerja merupakan salah satu memaksimalkan waktu yang diberikan Allah. Dan setiap detik akan dimintai pertanggungjawaban Allah di akhirat kelak.
Agar Bekerja Bernilai Ibadah
Mungkin ada sebagian paham yang memisahkan antara bekerja dan ibadah. Paham seperti ini tentu akan sangat berbahaya.
Akibatnya, ada seorang muslim yang rajin beribadah, tetapi hidup dengan kekurangan atau menggantungkan hidupknya kepada orang lain.
Padahal, bekerja bisa termasuk ibadah. Sebab, Ibadah dalam makna luas adalah segala perbuatan yang diridhai Allah dzhahir maupun yang bathin, baik berupa perkataan maupun perbuatan.
Lalu, bagaimana agar bernilai ibadah?
- Meniatkan bekerja untuk mencari ridha Allah
- Melakukan pekerjaan yang halal dan tidak melanggar syar’i
- Tidak meninggalkan kewajiban syar’i seperti shalat, puasa, dll
- Membelanjakan harta dari bekerja di jalan yang diridhai Allah
Tulisan Ayat Tentang Etos Kerja pertama kali diunggah pada 8 Juli 2021
Bismillah, semoga hati saya selalu terjaga untuk selalu mengingat niat bekerja dari rumah demi mengharap keridhaan-Nya.
Makasih banyak udah berbagi ya.
Jadi selalu mengingat hal ini karena membacanya selalu 🙂
Makasih mbak Rey, baru bisa kumpul-kumpul yang ringan. Semoga bermanfaat.